Situs Judi Deposit Pulsa Tanpa Potongan Dengan Rate Pulsa Tertinggi


HEADLINE: Donald Trump Siap Damai dengan Iran, Perang Terbuka Masih Mengancam?

https://infojayaku16.blogspot.com/2020/01/headline-donald-trump-siap-damai-dengan.html

Jakarta - "Boom! Boom! Boom!" Lusinan rudal balistik Iran menyerang pangkalan militer Amerika Serikat di Irak. Serangan itu merupakan balasan atas tewasnya Jenderal Top Iran Qasem Soleimani.

Soleimani tewas akibat serangan drone militer AS di Baghdad atas perintah Presiden Donald Trump, pada Jumat 3 Januari 2020. Namun, serangan balasan Iran lima hari kemudian tak menimbulkan korban jiwa dari pihak militer AS.

Islamic Revolutionary Guard Corps (IRGC) atau Garda Revolusi Iran mengaku bertanggung jawab atas serangan ini. "Para prajurit di unit aerospace IGRC telah sukses melancarkan serangan dengan puluhan rudal balistik ke pangkalan militer Al Asad atas nama martir Jendereal Qasem Soleimani."

Alih-alih melancarkan ancamannya untuk menyerang 52 simbol budaya Iran bila ada warga dan aset AS yang diserang, Donald Trump malah menyatakan siap berdamai. Dia mengklaim, ingin ada kesepakatan yang membuat Iran tumbuh dan sejahtera.

"Kepada rakyat dan pemimpin Iran, kami ingin kalian punya masa depan, masa depan luar biasa yang kalian pantas dapatkan. Sejahtera di dalam negeri dan harmonis dengan negara-negara di dunia. AS siap merangkul perdamaian bersama mereka yang menginginkannya," kata Donald Trump.

Menurut pengamat Timur Tengah Yon Machmudi, AS tampak mulai bergeming dengan ancaman Iran dan potensi perang yang lebih besar. Walaupun kekuatan militer AS jauh lebih besar dibanding dengan Iran, tetapi kedekatan dengan Rusia dan China tidak bisa dikesampingkan. Gagalnya misi AS di Suriah juga tidak lepas dari kuatnya dukungan Rusia kepada rezim Bashar al-Asssad.

Ia menilai, strategi AS melalui pendekatan ancaman nampaknya tidak berhasil. Trump salah hitung strategi melakukan pembunuhan terhadap petinggi dari negara yang berdaulat. Itu suatu cara yang tidak lazim dalam hubungan internasional.

Terbukti, Iran bukannya takut tetapi malah semakin berani. Yon pun menganggap petualangan AS di Timur Tengah akan menemukan babak baru. "Pulang dengan kepala tegak tapi kehilangan hegemoni atau tetap bertahan dengan mempertaruhkan nasib rakyat AS dalam pusaran konflik. Tentu bukan pilihan yang mudah."

Hilangnya hegemoni AS di Timur Tengah, sambung dia, tentu juga harus diantisipasi. AS yang tidak lagi tertarik dengan persoalan kawasan lain juga perlu mendapat perhatian.

"Dampaknya, akan muncul aktor-aktor baru. Dikhawatirkan muncul pemimpin-pemimpin baru yang agresif dan tidak lagi terikat norma internasional serta brutal dalam menjalankan kepentingan nasionalnya. Jika ini yang terjadi dapat dipastikan konflik-konflik baru akan bermunculan," ujar Ketua Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (UI) ini.


Posting Komentar

0 Komentar